Pada
saat minggu pagi beberapa pekan yang lalu, penulis baru menyadari bahwa
ada sesuatu yang berubah dalam televisi. Penulis yang menggemari
film-film dan serial animasi atau kartun menyadari bahwa telah
hilang kartun-kartun dari televisi nasional pada beberapa tahun
belakangan. Ya memang masih ada kartun-kartun yang menghiasi layar kaca
saat ini tapi slot di televisi semakin berkurang dan bukan tidak
mungkin akan menghilang di tahun-tahun yang akan datang, terutama di
minggu pagi. Mengapa penulis menekankan pada minggu pagi? Mungkin para
pembaca yang tumbuh besar pada tahun 1990an hingga awal 2000an masih
ingat dan terkenang pada kartun-kartun masa itu, dimana hampir seluruh
saluran televisi nasional menyiarkan kartun-kartun di minggu pagi dan
kita rela bangun lebih pagi hanya untuk menyaksikan kartun-kartun
favorit kita. Tapi dimana kejayaan tersebut sekarang?
Kejayaan anak-anak telah direnggut dan digantikan dengan acara-acara musik yang monoton dan mainstream.
Minggu pagi yang seharusnya menjadi waktu dimana mereka dapat bersantai
dan berlibur dengan gembira, kini telah direnggut dan dipaksa untuk
mengerti pada apa yang saluran televisi sajikan. Padahal serial animasi
bukanlah sebuah bad influence namun dapat menjadi sebuah hiburan
sekaligus ilmu pengetahuan yang dapat anak-anak nikmati serta pelajari
karena di dalam sebuah kartun dan serial animasi pasti terdapat nilai
moral dan ilmu. Serial animasi yang ada kini ada kurang memberikan ilmu
dan pesan moral bagi anak-anak. Kita ingat dahulu, dan hingga kini masih
disiarkan, ada Doraemon dengan pesan moralnya. Lalu ada Chibi
Maruko-Chan atau Hamtaro dengan pesan-pesan moral terhadap keluarga dan
persahabatan. Dan ada Detektif Conan dengan banyak ilmu pengetahuan
dimana anak-anak dapat diajak berpikir tentang pemecahan kasusnya.
Dimana Chibi Maruko-Chan dan Hamtaro sekarang? Dimana Detektif Conan
sekarang?
Kehadiran mereka telah dipenggal dengan bermunculannya acara-acara musik yang selalu ditayangkan live secara
rutin tiap hari, temasuk minggu hari, dan jam tayangnya dapat mencapai 2
- 3 jam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan acara-acara musik
tersebut, penulis juga penikmat musik, namun harus diperhatikan juga
konten-konten yang ada dalam acara tersebut. Apalagi sekarang
musik-musik mainstream di Indonesia semakin tidak jelas dan musik-musik mainstream tersebut yang menjadi bad influence bagi
anak-anak. Jika mungkin dulu kita ingin menjadi Songoku, Detektif
Conan, Sailor Moon dan tokoh-tokoh kartun lainnya, anak-anak sekarang
bermimpi untuk menjadi selebritis seperti penyanyi, pemain band atau boyband/ girlband
yang sekarang sedang menjamur. Seperti yang penulis katakan di atas,
serial animasi tersebut mempunyai ilmu dan pesan moral tapi belum tentu selebritis
yang diidolai anak-anak menyajikan ilmu dan pesan moral, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam isi lirik lagunya, bagi fans-fans
kecilnya.
Serial animasi atau kartun memiliki banyak manfaat bagi anak-anak.
Selain ilmu dan pesan moral yang penulis sering sebutkan di atas,
animasi dapat membuat menjadi disiplin. Mengapa? Karena anak-anak rela
dan mau bangun pagi untuk menonton film kartun favoritnya. Jika
anak-anak dapat bangun pagi, para orangtua dapat mengarahkan mereka
dengan cara memberikan persyaratan sebelum mereka dapat menonton film
televisi seperti, bagi umat muslim, mengajarkan anak untuk shalat subuh
dulu atau dapat juga untuk olahraga pagi dulu, dan tanpa disadari,
mereka akan terbiasa untuk shalat subuh atau olahraga pagi dan akan
membuat mereka disiplin saat dewasa. Itu hanya contoh kecil dari manfaat
serial animasi bagi anak.
Bagaimana jika anak terlalu lama menonton kartun hingga lupa untuk
belajar? Disinilah penulis menekankan pada minggu pagi karena pada
minggu pagi, seperti yang telah penulis sebutkan di atas, adalah waktu
bagi anak untuk dapat bersantai dan berlibur. Namun yang terjadi
sekarang, film kartun ditayangi setiap hari pada siang dan sore hari
yang menurut penulis adalah penyebab dari kemalasan anak. Siang hari
seharusnya dipakai untuk mengulang pelajaran di sekolah dan malam
harinya digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tapi yang terjadi
pada realita sebaliknya, anak lebih banyak menonton kartun yang
disiarkan pada waktu-waktu tersebut hingga malam dan malam dilanjutkan
lagi dengan menonton sinetron, terutama yang kini sedang disiarkan
bertema SMA, yang sudah jelas menjadi bad influence bagi anak
(masalah ini akan dibahas tersendiri pada artikel lainnya). Dan tentang
kemalasan anak, kembali lagi bimbingan dan perhatian orangtua yang
memegang peranan penting.
Penulis tidak ingin menjadi seperti Kak Seto atau bergabung dengan
Komnas Perlindungan Anak. Penulis juga tidak bisa melakukan apa-apa
selain menulis kritikan di blog ini. Keprihatinan terhadap anak-anak
yang membuat penulis merenung dan mengkritik dalam artikel ini karena
anak-anak adalah tulang punggung bagi bangsa dan negara ini di masa
depan. Jangan sampai ironi dalam masalah anak-anak sekarang dapat
merusak perkembangan bangsa dan negara ini di masa depan.
"Anak-anak mungkin akan menutup telinga mereka untuk nasehat, tapi mata mereka selalu terbuka untuk contoh" - Anonim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.