Sabtu, 09 Juni 2012

Keprihatinan Terhadap Anak-Anak: Minggu Pagi

Pada saat minggu pagi beberapa pekan yang lalu, penulis baru menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dalam televisi. Penulis yang menggemari film-film dan serial animasi atau kartun menyadari bahwa telah hilang kartun-kartun dari televisi nasional pada beberapa tahun belakangan. Ya memang masih ada kartun-kartun yang menghiasi layar kaca saat ini tapi slot di televisi semakin berkurang dan bukan tidak mungkin akan menghilang di tahun-tahun yang akan datang, terutama di minggu pagi. Mengapa penulis menekankan pada minggu pagi? Mungkin para pembaca yang tumbuh besar pada tahun 1990an hingga awal 2000an masih ingat dan terkenang pada kartun-kartun masa itu, dimana hampir seluruh saluran televisi nasional menyiarkan kartun-kartun di minggu pagi dan kita rela bangun lebih pagi hanya untuk menyaksikan kartun-kartun favorit kita. Tapi dimana kejayaan tersebut sekarang?
Kejayaan anak-anak telah direnggut dan digantikan dengan acara-acara musik yang monoton dan mainstream. Minggu pagi yang seharusnya menjadi waktu dimana mereka dapat bersantai dan berlibur dengan gembira, kini telah direnggut dan dipaksa untuk mengerti pada apa yang saluran televisi sajikan. Padahal serial animasi bukanlah sebuah bad influence namun dapat menjadi sebuah hiburan sekaligus ilmu pengetahuan yang dapat anak-anak nikmati serta pelajari karena di dalam sebuah kartun dan serial animasi pasti terdapat nilai moral dan ilmu. Serial animasi yang ada kini ada kurang memberikan ilmu dan pesan moral bagi anak-anak. Kita ingat dahulu, dan hingga kini masih disiarkan, ada Doraemon dengan pesan moralnya. Lalu ada Chibi Maruko-Chan atau Hamtaro dengan pesan-pesan moral terhadap keluarga dan persahabatan. Dan ada Detektif Conan dengan banyak ilmu pengetahuan dimana anak-anak dapat diajak berpikir tentang pemecahan kasusnya. Dimana Chibi Maruko-Chan dan Hamtaro sekarang? Dimana Detektif Conan sekarang?
Kehadiran mereka telah dipenggal dengan bermunculannya acara-acara musik yang selalu ditayangkan live secara rutin tiap hari, temasuk minggu hari, dan jam tayangnya dapat mencapai 2 - 3 jam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan acara-acara musik tersebut, penulis juga penikmat musik, namun harus diperhatikan juga konten-konten yang ada dalam acara tersebut. Apalagi sekarang musik-musik mainstream di Indonesia semakin tidak jelas dan musik-musik mainstream tersebut yang menjadi bad influence bagi anak-anak. Jika mungkin dulu kita ingin menjadi Songoku, Detektif Conan, Sailor Moon dan tokoh-tokoh kartun lainnya, anak-anak sekarang bermimpi untuk menjadi selebritis seperti penyanyi, pemain band atau boyband/ girlband yang sekarang sedang menjamur. Seperti yang penulis katakan di atas, serial animasi tersebut mempunyai ilmu dan pesan moral tapi belum tentu selebritis yang diidolai anak-anak menyajikan ilmu dan pesan moral, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam isi lirik lagunya, bagi fans-fans kecilnya.
Serial animasi atau kartun memiliki banyak manfaat bagi anak-anak. Selain ilmu dan pesan moral yang penulis sering sebutkan di atas, animasi dapat membuat menjadi disiplin. Mengapa? Karena anak-anak rela dan mau bangun pagi untuk menonton film kartun favoritnya. Jika anak-anak dapat bangun pagi, para orangtua dapat mengarahkan mereka dengan cara memberikan persyaratan sebelum mereka dapat menonton film televisi seperti, bagi umat muslim, mengajarkan anak untuk shalat subuh dulu atau dapat juga untuk olahraga pagi dulu, dan tanpa disadari, mereka akan terbiasa untuk shalat subuh atau olahraga pagi dan akan membuat mereka disiplin saat dewasa. Itu hanya contoh kecil dari manfaat serial animasi bagi anak.
Bagaimana jika anak terlalu lama menonton kartun hingga lupa untuk belajar? Disinilah penulis menekankan pada minggu pagi karena pada minggu pagi, seperti yang telah penulis sebutkan di atas, adalah waktu bagi anak untuk dapat bersantai dan berlibur. Namun yang terjadi sekarang, film kartun ditayangi setiap hari pada siang dan sore hari yang menurut penulis adalah penyebab dari kemalasan anak. Siang hari seharusnya dipakai untuk mengulang pelajaran di sekolah dan malam harinya digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tapi yang terjadi pada realita sebaliknya, anak lebih banyak menonton kartun yang disiarkan pada waktu-waktu tersebut hingga malam dan malam dilanjutkan lagi dengan menonton sinetron, terutama yang kini sedang disiarkan bertema SMA, yang sudah jelas menjadi bad influence bagi anak (masalah ini akan dibahas tersendiri pada artikel lainnya). Dan tentang kemalasan anak, kembali lagi bimbingan dan perhatian orangtua yang memegang peranan penting.
Penulis tidak ingin menjadi seperti Kak Seto atau bergabung dengan Komnas Perlindungan Anak. Penulis juga tidak bisa melakukan apa-apa selain menulis kritikan di blog ini. Keprihatinan terhadap anak-anak yang membuat penulis merenung dan mengkritik dalam artikel ini karena anak-anak adalah tulang punggung bagi bangsa dan negara ini di masa depan. Jangan sampai ironi dalam masalah anak-anak sekarang dapat merusak perkembangan bangsa dan negara ini di masa depan.

"Anak-anak mungkin akan menutup telinga mereka untuk nasehat, tapi mata mereka selalu terbuka untuk contoh" - Anonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.